kesepian yang merawat dirinya sendiri

suara menyelam ke dasar laut.
mencari tawamu yang mengiang duri udara
yang menusuk di sesak dada.
di dasar samudera.

telaga membersihkan diri
dari kekalahan kemarin
atas keteduhan yang tak terelakkan
ketenggelamanku pada dingin matamu

malam ketakutan
sebuah mimpi terkapar menggelepar
ribuan kenangan menatap dingin
melarikan diri,
menjadi embun yang kau peluk
tiap pagi.

aku merawatmu kesepian
seperti dia menetaskan harapan harapan.
untukku akan ada sebuah hidup
untukmu juga,

dan kesepian harus belajar menjalani malamnya
untuknya sendiri.

Negeri Tanpa kepala (puisi untuk Pusat Dokumentas Sastra yang terancam tutup)

 

sebuah puisi untuk Pusat Dokumentas Sastra yang terancam tutup

 

Negeri Tanpa kepala

(untuk PDS HB Jassin)

berdiri di atas kaki sendiri

singsingkan lengan baju,

tegakkan bahu membusung berani.

otot kawat tulang besi.

terbang menukik ke langit tinggi.

 

lho ?

tapi mana kepalanya?

kepala?

mana kepalanya?

tak ada kepalanya ! tak ada kepalanya !

 

mana kepala?

pusat peradaban.

pusat pemikiran.

sambungan nurani,

muara hati.

mana?

 

coba kau cari di sawah,

tempat rumput hijau berlembar lembar disana.

yang biasa dimakan kerbau hitam.

yang tebal mukanya

yang hitam kulitnya,

yang hitam dagingnya,

yang hitam hatinya,

tapi tetap rumput berwarna hijau berlembar lembar,

yang tetap digerogoti tikus padi.

 

tak ada!

lalu cari dimana?

 

coba kau cari di gedung gedung,

di situ tampaknya ramai sekali.

banyak suara hampa disana.

foya foya.

atau dibawahnya

ke tempat wanita pelacur

hingga pria pria penganggur.

 

tak ada!

lalu cari dimana lagi?

 

coba cari di jakarta,Indonesia.

disana ada pusat sastra.

sastra? apa itu?

kok aku baru tahu?

itu, pusat dokumentasi.

pusat dokumentasi ?

rasanya sudah tidak ada lagi.

 

lalu?

kemana kita cari kepala?

pusat segala budaya,

perut sudah mulai membesar.

tubuh tak lagi kekar.

tapi kepala masih samar.

 

apa mungkin sudah kesasar?

atau terpapar?

Novel, dan Film yang prematur

bacaan yang bagus selalu mendapat respon yang positif dari pembacanya,baik dengan segera membaca (walaupun dengan berbagai cara : pinjam, beli, cari donlodan gratis, fotokopi, dan lainnya.)
hingga membuat versi lain yang ceritanya sama seperti membuat sekuel film nya.

nah, kali ini aku ingin membahasnya karena pada hari itu aku kebetulan dikasih pinjeman temenku film film yang semuanya based on novel. mulai dari Ayat Ayat Cinta, Forest Gump, Harry potter, hingga sang pemimpi.

nah setelah melihat film film itu, memang sangat bagus apa yang ditampilkan , apa yang disampaikan, baik secara alur maupun cerita. semua bagus, ya jelas bagus lha wong sumbernya tinggal metik dari novel yang ada sehingga apa yang diharapkan para produser tercapai : film laris manis.

terlepas dari itu, saya melihat kembali kebiasaan membuat film yang based on novel itu di indonesia. terlalu prematur. Lanjutkan membaca “Novel, dan Film yang prematur”

Hujan

tetapkah duduk disini?

ketika mereka berlari semburat,berebutan mencari tempat teduh yang hangat.

 

pasanglah telinga kanan kiri,

hidupkanlah nyala hati,

lalu putarlah sebuah memori,

 

kau dengar mereka berdenting tanpa henti,

di genteng, kolam, rumputan, batu, jerami,

ada juga di wajahmu, yang perosotan di pipi,

membentuk nada nada di tempatnya sendiri,

jadi resonansi,untaian melodi pembawa rindu,

 

………

 

clap!!

kilatan cahaya membawa jiwaku dalam kerlap,seperti gelap,

aku berpindah dalam sekejap,

 

berjalan ke lorong lorong penuh bingkai sepi.

kau lihat diputarkan semua kejadian itu kembali

saat saat ruap gejolak luber dari hati,dan kamu pada akhirnya penuh sesal mengutuki diri sendiri.

saat hati kecil berkata :betapa bodohnya kamu ini.

 

…..

 

 

syut!! Lanjutkan membaca “Hujan”

langit

langit senja,

kutatap wajahnya tanpa ragu,

lalu di sela sela rongganya,

ada mata yang ingin memburu.

waktu,

 

dan kulihat lagi sambil sembunyi sembunyi,

masih ada yang datang satu lagi,

kata kata meluncur elang seperti panah,

membawa segala amarah,

aku pun pasrah,

lalu tubuh pun rebah,

yang sisa hanya telinga memerah,

hati berdarah darah,

 

sudah,

aku sudahi saja ini ,

dan kulawan saja langit kurang ajar ini !

tanpa takut mati.

tapi langit malah menangis,

basah kuyup aku sendiri

 

angka

(1)

sendiri.

kesepian menggelayut di pikiranku.

menunjukkan jalan menuju malam malam kelabu

 

(2)

sepasang kekasih memadu cinta.

seonggok setan tersenyum merajut dosa.

hadiah untuk mereka berdua.

 

(3)

pukul tiga pagi.

ini waktu masih dini hari.

aku tak tidur mencarimu di kamar, di pikiran dan di ruang hati.

aku tak sadar kalau kamu menunggu berjam jam di alam mimpi.

 

(4)

pat gulipat.

jangan menggunting dalam lipat.

ada sesal yang datang karena cinta tak sempat.

terucap dengan kata kata yang tepat.

 

(5)

ibu jari, telunjuk, tengah, manis dan kelingking.

semua jarinya itu lentik lagi manis.

apa jua yang masih buat kau menangis ?.

cincin di jari manis, itu yang buat hati teriris.

 

(6)

pukul enam pagi di hari minggu.

sinar matahari menyusup melalui jendela dan pintu.

hari ini kau bawakan aku seprinig penuh gerutu.

padahal aku ingin setangkup roti dan madu.

 

(7)

senin hingga minggu jadi penanda waktu berpacu.

ada yang rindu memanggilmu dengan tersedu.

suara serak, hati sendu, bercampur menjadi alunan merdu.

dirimu menjauh terus membiarkannya berlalu.

acuh, semakin tak mau tahu makin tak tahu malu.

 

(8)

kaki laba laba cekatan menenun jaring di hati.

langit berpilin membentuk payung raksasa warna kelabu,

ada yang bilang hatimu sedang sendu.

tapi laba laba masih menenun jaring selambu.

untuk menjerat hatimu.

jadi makanannya.

 

(9)

mmmm,

di september masih ada hujan agak gerimis.

bossanova dan slowjazz tumpang tindih dalam playlist.

dalam pikiranku diputarkan gambaran wajahmu sisi demi sisi,

jadi pengantar menuju tidur yang paling aku benci.

 

(0)

kekosongan jadi nyata ketika disadari.

tinggal mimpi mimpi yang diputar berurutan tanpa jeda maupun spasi.

satu,dua,tiga, hingga mulai dari nol lagi.

kamu benar sudah pergi dari ruang ini,

tinggal hujan menari ,sunyi yang bernyanyi sepi.

 

senyum di langkahmu

ada yang lebih menyenangkan dari cinta pandangan pertama

melihat gadis yang berjalan ceria di hidupnya

berjingkat langkahnya yang mungil

menghindari bekas hujan yang memantulkan pelangi ,

kakinya yang perih tlah ia lupa

dalam jiwanya tiada sendu

langit kelabu tempat laba laba jahat membawa haru

dan aku pun tersenyum

semanis buah buah plum

diantara manusia yang lupa akan gundah gulana.

manusia yang telah mengelap air di pipinya

datang dia masih bernyanyi lagu ceria

bercanda tanpa desah

bergurau tanpa amarah

gembira tanpa resah

dan memori ini tak mudah rapuh,

Atas ↑