Perkembangan Dialektologi
Dialektologi banyak mendapat perhatian dari para ahli bahasa menjelang abad ke-19. Dua tokoh terkenal yang dianggap sebagai “bapak” ilmu geografi dialek adalah Gustav Wenker dan Jules Louis Gillieron. Wenker mengirimkan daftar tanyaan (kuisioner) kepada para guru di daerah Renia (Jerman) pada tahun 1876, sedangkan Gillieron di daerah Vionnaz (Swiss) pada 1880. Metode yang digunakan adalah metode pupuan (angket) lapangan untuk pembuatan atlas bahasa. Kedua penelitian inilah yang mengawali penelitian dialektologi yang kemudian mempengaruhi penelitian dialek di negara-negara lain. Berikut adalah gambaran singkat penelitian geografi dialek sesudah dan sebelum tahun 1875.
Masa Sebelum 1875.
Sebelum tahun 1875, tulisan-tulisan mengenai dialek hampir selalu dikaitkan dengan ilmu bahasa bandingan dan filologi, terutama bahasa-bahasa Indo Eropa. Tulisan-tulisan tersebut pada umumnya berakhir dengan adanya dugaan bahwa bahasa-abahsa atau dialek yang ditelaah tersebut berkerabat.
Penerjemahan naskah Decamerone ke dalam 12 dialek Italia pada tahun 1584 dilakukan dengan menggunakan metode pupuan sinurat (angket koresponden), berpengaruh besar terhadap terbitnya karya-karya sejenis setelahnya. Kemudian, metode pupuan lapangan dilakukan pertama kali oleh Martin Sarmiento (Spanyol) pada tahun 1730. Lalu ia menganjurkan para pemuda menguasai bahasa Latin melalui bahasa ibunya masing-masing, mengusulkan penyusunan kamus bahasa-bahasa Roman, serta memerhatikan bunyi untuk menentukan asal-usul kata. Lanjutkan membaca “Perkembangan Dialektologi”